“Era digital sudah tidak bisa dihindarkan, bahkan telah menjadi bagian tak terpisahkan. Pemerintah pun berupaya mengoptimalkan berbagai infrastruktur dan akses digital. Kominfo melaporkan bahwa indeks literasi digital Indonesia sekarang berada kategori sedang, yaitu 3,49 dari skala 5,00. Hal itu mengisyaratkan bahwa perlu adanya penguatan secara terencana, sistematis dan berkelanjutan melalui kegiatan pelatihan, workshop, seminar dan sebagainya untuk memastikan era digital penuh manfaat serta aman dan nyaman. Literasi digital adalah kuncinya”. Demikian, disampaikan Muhammad Ridha selaku Ketua Titik Fokus Karya dan Jawara Internet Sehat 2022 saat memberikan sambutan pada Webinar Literasi Digital dengan tema “Dunia Digital yang Aman dan Nyaman” yang dilaksanakan Titik Fokus Karya dan Jawara Internet Sehat 2022 (26/09/2022).
Webinar yang didukung oleh Kominfo dan ICT Watch dan diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Banjarmasin itu menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu: Direktur Galeri Investasi Syariah UIN Antasari Banjarmasin Muhammad Noval, Dosen UIN Antasari Banjarmasin dan Pegiat Literasi Digital Titik Fokus Karya Mursalin, Jawara Internet Sehat 2022 Enny Tridha Rahmina, dan Ketua DEMA UIN Antasari Banjarmasin Yogi Ilmawan.
Dalam paparannya Muhammad Noval menjelaskan pentingnya memahami dengan baik beragam aplikasi untuk transaksi digital. “Kenali keunggulan dan kelemahan aplikasi yang ingin digunakan dan baca dengan seksama deskripsi atau penjelasan yang dicantumkan, utamanya yang ingin digunakan. Digital Financial Literacy merupakan kunci untuk aman dan nyaman dalam melakukan transaksi ekonomi di era digital”, ucapnya.
Enny Tridha Rahmina memberikan tips untuk melindungi akun pribadi di era digital. Memahami dengan baik antara data pribadi yang bersifat umum dan khusus menjadi Langkah awal untuk mengamankan data pribadi di era digital. Selanjutnya, gunakan password yang kuat, aktifkan verifikasi dua Langkah, hindari mengakses data-data penting atau bertransaksi saat menggunakan wifi publik dan selektif dalam memberikan informasi-informasi pribadi di media digital
Terkait dengan informasi di era digital, menurut Mursalin era digital membuka akses luas bagi produksi dan distribusi informasi sehingga muncul masalah baru, yaitu informasi hoaks. Menurutnya informasi hoaks tidak muncul sendiri melainkan ada faktornya.
“Ada beberapa sebab mengapa informasi hoaks menjadi marak dan terus menerus menyebar, yaitu malas mencari tahu kebenaran informasi, banyak yang memilih diam dan acuh, lebih senang dengan cuitan tokoh publik daripada pendapat pakar, cenderung memilih informasi yang sesuai dengan asumsinya, hanya membenarkan apa yang dipercayai sejak awal, asal bicara meski bukan pakarnya”, ungkap Mursalin.
Terakhir, Yogi Ilmawan menjelaskan pentingnya aktor yang berperan aktif dalam meluruskan dan mengklarifikasi informasi-informasi yang beredar di masyarakat, utamanya mahasiswa. Mahasiswa menurutnya memiliki peluang besar untuk memberikan klarifikasi terhadap informasi yang disampaikan pemerintah kepada masyarakat dan informasi dari masyarakat kepada pemerintah karena mahasiswa sebagai insan intelektual memiliki tanggung jawab sosial dan moral. Kendati demikian, literasi digital adalah kunci untuk merealisasikan peran itu secara optimal.