“Hasil laporan Kementerian Kominfo RI menyebutkan bahwa status Literasi Digital Indonesia pada tahun 2021 berada pada ketegori sedang, yaitu 3,49 dari skala 5,00. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat literasi digital netizen Indonesia masih belum ideal. Peningkatan literasi digital di tengah pesat dan cepatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi itu menjadi hal penting yang harus segera dilakukan”, ungkap M. Irfan Islamy selaku Co-Founder Yayasan Titik Fokus Karya
Ridha selaku Jawara Internet Sehat 2022 juga mengiyakan pentingnya peningkatan literasi digital, utamanya dikalangan mahasiswa selaku generasi muda. “Belum idealnya status literasi digital itulah yang mendorong kita Yayasan Titik Fokus Karya dan Jawara Internet Sehat 2022 untuk bekerja sama menyelenggarakan webinar nasional literasi digital dengan tema “internet sehat, mahasiswa juara” ungkapnya (22/08/2022).
Dalam kegiatan yang didukung oleh ICT Watch dan Kementerian Kominfo RI itu diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai universitas itu, Ridha yang juga Ketua Yayasan Titik Fokus Karya mengungkapkan pentingnya tata krama atau netiket dalam menggunakan media digital. Menurutnya, ruang virtual sebagai tempat bertemu, berinteraksi dan berkolaborasi dengan orang-orang dari berbagai karakter, suku, agama dan budaya yang berbeda menghendaki suatu nilai atau aturan yang berlaku global.
“Pepatah lama kan menyebutkan dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Begitu juga di era digital, di ruang digital. Supaya semua netizen merasa aman dan nyaman, maka menggunakan media digital secara beretika menjadi urgen” ungkap Ridha
Lebih lanjut, Ridha menegaskan “di Indonesia kan juga ada UU ITE yang mengatur tentang larangan produksi dan distribusi konten negative di media digital. Jika kita tidak menggunakan media digital secara beretika maka bisa jadi kita akan menanggung konsekuensi secara hukum karena bertentangan dengan hukum positif yang berlaku”.
Narasumber selanjutnya, Dr. Irfan Noor, M.Hum yang juga Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Antasari Banjarmasin juga menegaskan pentingnya literasi digital bagi generasi muda, utamanya mahasiswa.
“Generasi Milenial dan Z merupakan generasi yang terbuka dalam menerima berbagai informasi, pandangan dan pola pikir, sehingga menyebabkan mereka mudah menerima keragaman dan perbedaan pandangan akan suatu hal. Namun, dampaknya mereka menjadi sulit mendefinisikan dirinya sendiri dan kadang memiliki daya tahan yang kurang memadai untuk menghadapi gempuran beragam budaya global” ungkap Irfan Noor
Lebih lanjut Irfan Noor juga mengungkapkan dampak perkembangan TIK seperti digitalisasi dunia kerja, ekonomi digital dan transaksi digital menjadi tantangan yang tidak selalu mudah bagi generasi digital. Oleh karena itu, literasi digital menjadi hal urgen bagi generasi muda.
Terakhir, Windiasti Kartika, ST.,MT yang juga Kadiskominfotik Kota Banjarmasin menyampaikan pentingnya menghindari informasi hoaks. Menurutnya, informasi hoaks merupakan hal yang sangat berbahaya, utamanya di era informasi yang melimpah ruah ini.
“Penyebarluasan informasi hoaks ini selain bisa menimbulkan konsekuensi hukum karena bertentangan dengan UU ITE juga berdampak pada keharmonisan kehidupan di era digital. Oleh karena itu, penting untuk menyaring dulu informasi yang didapat sebelum menyebarluaskannya. Teliti dulu dengan seksama, jangan langsung asal share”, ungkap Windi.