“Era digital sudah tidak mungkin diabaikan apalagi dimusuhi, melainkan harus diterima dengan modal literasi digital yang baik. Begitu juga dengan anak yang lahir, tumbuh dan berkembang di era digital. Mereka harus dididik dengan cara khusus yang berbeda dengan anak-anak di era pra digital. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang karakteristik anak dan cara tepat mendidik anak di era digital menjadi penting bagi optimalisasi tumbuh kembang anak di era digital”, demikian disampaikan Muhammad Ridha selaku Jawara Internet Sehat 2022 dan Ketua Titik Fokus Karya saat memberikan sambutan pada kegiatan Seminar Literasi Digital yang dilaksanakan secara hybrid atas kerja sama Jawara Internet Sehat 2022, Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) UIN Antasari Banjarmasin dan Titik Fokus Karya bertempat di Kampus UIN Antasari Banjarmasin dan via daring melalui Zoom (18/10/2022)
Pada kegiatan yang mengangkat tema “Mendidik Anak di Era Digital” itu, Azmi Irfala selaku Jawara Internet Sehat 2022 dan Relawan TIK Tanah Bumbu menyampaikan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia sangat besar hampir 70% lebih dari total penduduk. Kendati demikian, menurutnya tingkat kecakapan digital penduduk secara umum belum optimal, utamanya terkait keamanan digital.
“Penting untuk memahami, rekam jejak digital dan keamanan digital seperti penguatan sandi penggunaan media digital dan tidak asal klik tautan yang dibagikan agar terhindar dari dampak negatif era digital yang sedang dinikmati”, ungkapnya.
Selanjutnya, Hardiyanti Pratiwi selaku dosen Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Antasari Banjarmasin mengungkapkan bahwa pada masa pendemi Covid-19 terjadi peningkatan aktivitas anak terkait media digital. Menurutnya, hal itu tidak selalu berdampak baik sehingga perlu pola penanganan yang tepat seperti mengurangi intensitas dan durasi akses, memitigasi konten yang diakses, dan kombinasi antar keduanya. Selain itu, Hardiyanti Pratiwi juga mengungkapkan tiga tipe mediasi media digital pada anak, yaitu restriktif co-viewing, teknikal aktif, dan restriktif aktif.
Khusnul Aflah selaku Program Manajer Jawara Internet Sehat 2022 mengungkapkan bahwa di era digital semua orang sudah bisa saling terhubung dan saling berinteraksi serta mendapatkan informasi dari siapa saja, kapan saja dan dari mana saja. Kendati demikian, menurutnya pemahaman yang baik tentang karakteristik anak dan karakteristik era digital itu sendiri menjadi penting untuk mampu mendidik anak di era digital secara baik.
“Anak usia dini itu kan masuk kategori anak yang sedang dalam masa penting pertumbuhannya atau golden age. Mereka juga masuk sebagai generasi digital asli dan secara khusus sebagai generasi Z dan Alfa”, ungkapnya.
Lebih lanjut, Aflah menyampaikan pentingnya etika digital pada anak usia dini seperti screen time, screen break dan screen zone agar tidak kebablasan dalam menikmati era digital. Terakhir, Aflah juga menyampaikan tips untuk mendampingi anak usia dini dengan ABC, yaitu Ajak ngobrol, Beri contoh dan Cermati tumbuhkembangnya.
Terakhir, M. Irfan Islamy selaku Ketua Prodi S1 PIAUD UIN Antasari Banjarmasin dan pegiat literasi digital Titik Fokus Karya mengungkapkan bahwa penyesuaian pola asuh anak di era digital sangat penting bagi tumbuh kembang akan ke depan. Menurutnya, orang tua memiliki power dan peran strategis untuk membimbing anak dalam menikmati era digital.
“Banyak anak menggunakan gadget orangtua (milik sendiri) untuk tujuan hiburan dan “pendidikan”, tapi kita sebagai orangtua mempunyai pilihan untuk menentukan standar / value seharusnya mengakses internet”, jelas Irfan.